Pada beberapa orang setelah mengonsumsi jenis makanan tertentu, berselang beberapa saat tiba-tiba timbul rasa tidak nyaman pada tubuh. Perut mendadak sakit, diare, kembung, atau kulit menjadi gatal dan kemerahan. Pada beberapa orang lainnya mungkin mengalami gejala asma dengan diawali batuk, pilek atau tenggorokan terasa kering dan gatal. Bahkan ada pula yang terpaksa harus segera mendapatkan perawatan karena tiba-tiba pingsan.
Alergi makanan bagi beberapa orang mungkin tidak terlalu serius. Namun, bagi beberapa orang, reaksi alergi bisa berakibat fatal hingga dapat membayakan nyawa. Alergi makanan adalah reaksi berulang yang tidak diinginkan terhadap suatu jenis makanan tertentu. Reaksi ini terjadi sebagai akibat dari ketidaknormalan sistem kekebalan tubuh dalam menanggapi zat yang terkandung dalam makanan yang dikonsumsi. Zat tersebut pada umumnya berupa zat protein hewani.
Lalu apa sih faktor penyebab alergi makanan? Yuk kita lihat satu persatu agar kita dapat mencegah terjadinya alergi makanan.
Alergi makanan bagi beberapa orang mungkin tidak terlalu serius. Namun, bagi beberapa orang, reaksi alergi bisa berakibat fatal hingga dapat membayakan nyawa. Alergi makanan adalah reaksi berulang yang tidak diinginkan terhadap suatu jenis makanan tertentu. Reaksi ini terjadi sebagai akibat dari ketidaknormalan sistem kekebalan tubuh dalam menanggapi zat yang terkandung dalam makanan yang dikonsumsi. Zat tersebut pada umumnya berupa zat protein hewani.
Pada beberapa orang setelah mengonsumsi jenis makanan tertentu, berselang beberapa saat tiba-tiba timbul rasa tidak nyaman pada tubuh. Perut mendadak sakit, diare, kembung, atau kulit menjadi gatal dan kemerahan. Pada beberapa orang lainnya mungkin mengalami gejala asma dengan diawali batuk, pilek atau tenggorokan terasa kering dan gatal. Bahkan ada pula yang terpaksa harus segera mendapatkan perawatan karena tiba-tiba pingsan. Lalu apa sih faktor penyebab alergi makanan? Yuk kita lihat satu persatu agar kita dapat mencegah terjadinya alergi makanan.
Faktor usia.
Makanan yang dapat menimbulkan alergi berbeda antara anak dan orang dewasa. Bayi berumur 0-3 bulan paling sering mengalami reaksi alergi makanan terhadap susu sapi. Alergi susu sapi pada bayi makin berkurang seiring dengan peningkatan umur serta semakin meningkatnya variasi makanan lain yang diberikan pada bayi. Pada anak-anak, telur merupakan penyebab alergi makanan terbanyak. Sedangkan pada orang dewasa, penyebab alergi terbanyak adalah ikan.
Jenis kelamin.
Dalam artikel yang berjudul “Cutaneous Manifastations and Immunological Parameters in Food Allergy in Children”, disebutkan bahwa dari keseluruhan penderita alergi makanan, 60% di antaranya adalah perempuan dan sisanya adalah laki-laki. Hal ini disebabkan karena umumnya kaum laki-laki lebih banyak beraktivitas ketimbang perempuan sehingga sistem metabolisme tubuhnya lebih cepat.
Pola Makan
Pola makan yang tidak tepat dapat memicu timbulnya alergi makanan. Kurang lebih 20% keluarga di Amerika harus mengatur menu makan harian mereka karena paling sedikit salah satu anggota keluarganya menderita alergi makanan. Alergi makanan yang mereka derita paling banyak berupa alergi terhadap protein hewani yang terkandung dalam daging, ikan, telur maupun susu sapi.
Jenis Makanan Awal saat bayi
Bayi yang sejak lahir disusui oleh ibunya mempunyai risiko rendah untuk menderita alergi makanan apabila si ibu mau berpantang terhadap makanan penyebab alergi. Dikarenakan bayi hanya mendapat makanan melalui ASI sehingga apa yang dimakan oleh ibu akan turut masuk ke tubuh sang bayi. Dengan pemberian ASI sebagai makanan awal, bayi akan terhindar dari protein asing serta perkembangan ususnya lebih cepat sehingga bayi tidak mudah mengalami alergi makanan. ASI mengandung zat abti inflamasi dan antibodi yang dapat mengurangi infeksi dan memperkuat imunitas tubuh bayi.
Faktor Genetik
Alergi makanan terjadi berdasarkan riwayat keluarga. Orang tua atau kakek nenek dapat menurunkan alergi pada salah seorang anggota keluarganya. Bila ada salah satu orang tua yang menderita alergi makanan, maka dapat mewariskan risiko pada anak sekitar 17-40%.